Sabtu, 10 November 2012

PANDANGAN ORIENTALIS TERHADAP ILMU TASAWUF

A. Pendahuluan
Seiring dengan munculnya kritik-kritik tajam terhadap tasawuf yang menimbulkan ketegangan didalam dunia pemikiran islam, nampakya sudah timbul berbagai argumentasi tentang, apakah tasawuf benar-benar ilmu keislaman atau ia hanya sekedar pengislamisasian unsur-unsur non-islam? Kontroversi pendapat itu bermula sejak tampilnya tasawuf falsafati dan semakin dipertajam kemudian dengan masuknya pendapat orientalis, yang secara generalisasi mengatakan, bahwa tasawuf bersumber dari luar islam. Mereka yang menyatakan tasawuf diluar islam bersumber dari luar islam, apakah dari Persia, Hindu, Nashrani, filsafat Yunani dan atau dari sumber lainya, atau juga mendasarkan pendapatnya hanya karena adanya kesamaan tipologinya belaka. Pendapat yang demikian nampaknya tidak jujur dan tidak obyektif. Sebab tidak ada satu paradigma keilmuan yang memastikan, bahwa setiap yang sama atau yang mirip adalah karena terjadi saling pengaruh atau karena plagiat.untuk adanya dibenarkan adanya hubungan interaksi historis antara satu nilai dengan nilai lainya, haruslah dapat dibuktikan dengan adanya kontak yang riel antara keduanya.

Sedangkan keserupaan atau kemiripan bukanlah suatu bukti yang riel. Alangkah banyaknya suatu bentuk-bentuk keserupaan di alam semesta ini, padahal satu sama lainya tidak ada hubungan, baik dalam kesejarahan ataupun substansinya. Alasan lain yang mereka kemukakan dalah, bahwa tokoh-tokoh sufi kebanyakan dari Persia yang asalnya beragama Majusi atau bengsa lain yang tadinya beragama Kristen. Argumen ini pun sangat lemah dan goyah, mengingat bahwa cikal bakal tasawuf lahir dari jazirah Arab dan dari bangsa Arab itu sendiri. Memang satu hal yang jelas, bahwa tasawuf merupakan masalah yang sangat kompleks karena ia termasuk dalam jajaran mistisisme, sehingga hampir tidak bisa diberi jawaban yang sangat memuaskan semua pihak. Akan tetapi sepanjang penelitian penulis, dapat dipastiakn bahwa sumber awal dan asas tasawuf adalah islam, sehingga ia digolongkan salah satu aspe kebudayaan islam yang khas. Oleh karena itu para orientalis banyak mempelajari tentang apa dan bagaimana ilmu tasawuf, sejarah tasawuf dan apa saja pendapat dari para tokoh orientalis terhadap tasawuf
B.     DEFINISI
a.      Orientalis
Dari segi bahasa, orientalisme dan orientalis berasal dari kata orient yang mengandung arti timur/asia timur. Sedang oriental mengandung arti orang timur/Asia dan timur. Sumber lain menyebutkan, orientalisme berasal dari bahasa Prancis orient yang berarti timur atau bersifat timur, dan isme berarti paham, ajaran, cita-cita, atau sikap.
Dalam literatur Arab, orient atau oriental digunakan kata شرق artinya timur. Sedang bentuk kata استشراق  berasal dari kata شرق yang mendapat tambahan huruf alif, sien dan ta’, mengandung arti menuntut/mencari timur. Menuntut timur tidak maksud lain kecuali belajar ilmu-ilmu timur, sastra, bahasa dan agamanya.
Dalam bahasa Latin, orient bermakna belajar atau mempelajari sesuatu, menurut bahasa Prancis kata orienter berarti arahan, petunjuk dan bimbingan, Sedangkan menurut bahasa inggeris orientation mengandung arti bimbingan atau yang berkaitan dengan bidang moral, masyarakat, pemikiran, atau bimbingan kepribadian dalam pemikiran atau spiritual. Oleh karena itu, tahun pertama sebagian perguruan tinggi disebut tahap orientasi. Dan, dalam bahasa Jerman, Sich Orientern bermakna mengumpulkan ilmu dan pengetahuan. 
Menurut istilah, orientais mengandung arti orang yang mengetahui sebagian bahasa-bahasa timur, definisi inilah yang diyakini oleh Arberry tahun 1638 (seorang anggota persekutuan gereja-gereja timur), Anthony Wood tahun 1691, Samuel Clarke. Di tempat lain, Arberry yakin, sesuai dengan Oxpord Dictionary, orientalis adalah orang yang mengetahui bahasa-bahasa dan sastra timur Sumber lain menyebutkan, orientalis adalah ilmuwan yang mendalami bahasa-bahasa, kesusastraan, agama, sejarah, adat istiadat, dan ilmu-ilmu dunia timur. 
Dunia timur yang dimaksud disini adalah wilayah yang terbentang dari Timur Dekat sampai Timur Jauh dan Negara-Negara yang berada di Afrika Utara. Istilah barat dalam makalah ini, mengandung arti paham orientalis plus missionaris bukan barat dalam arti lawan timur secara geografis, tetapi sebuah paham yang tidak dapat melepaskan diri dari keyahudian, kekristenan atau keturunan etnis mereka ketika menulis tentang Arab dan Islam. Karena baik barat maupun timur secara geografis adalah dunia makhluk Tuhan juga sebagai mana manusia,hewan dan tumbuh-tumbuhan lainnya
b.     Tasawuf
Sedikit mengulas tentang pengertian tasawuf, ada beberapa pendapat tentang asal-usul kata tasawuf. Ada yang mengatakan bahwa tasawuf berasal dari kata safa’, artinya suci, bersih atau murni. Karena memang, jika dilihat dari segi niat maupun tujuan dari setiap tindakan dan ibadah kaum sufi, maka jelas bahwa semua itu dilakukan dengan niat suci untuk membersihkan jiwa dalam mengabdi kepada Allah SWT.
Ada lagi yang mengatakan tasawuf berasal dari katasaff, artinya saff atau baris. Dinamakan sebagai para sufi, karena berada pada baris ( saff ) pertama di depan Allah, karena besarnya keinginan mereka akan Dia dan kecenderungan hati mereka terhadap- Nya.
Ada pula yang mengatakan bahwa tasawuf berasal dari katasuffah atau suffah al Masjid, artinya serambi mesjid. Istilah ini dihubungkan dengan suatu tempat di Mesjid Nabawi yang didiami oleh sekelompok para sahabat Nabi yang sangat fakir dan tidak mempunyai tempat tinggal. Mereka dikenal sebagai ahli suffah. Mereka adalah orang yang menyediakan waktunya untuk berjihad dan berdakwah serta meninggalkan usaha-usaha duniawi. Jelasnya, mereka dinamakan sufi karena sifat-sifat mereka menyamai sifat orang-orang yang tinggal di serambi mesjid ( suffah ) yang hidup pada masa nabi SAW.
Sementara pendapat lain mengatakan bahwa tasawuf berasal dari katasuf, yaitu bulu domba atau wol. Hal ini karena mereka ( para sufi ) tidak memakai pakaian yang halus disentuh atau indah dipandang, untuk menyenangkan dan menenteramkan jiwa. Mereka memakai pakaian yang hanya untuk menutupi aurat dengan bahan yang terbuat dari kain wol kasar (suf ).
Pendapat para sufi tentang tasawuf:
1.       Bisyri bin Haris mengatakan bahwa sufi ialah orang yang suci hatinya menghadap Allah SWT.
2.      Sahl at-Tustari mengatakan bahwa sufi ialah orang yang bersih dari kekeruhan, penuh dengan renungan, putus hubungan dengan manusia dalam menghadap Allah SWT, dan baginya tiada beda antara harga emas dan pasir.
3.      Al-Junaid al-Bagdadi ( 289 H ), tokoh sufi modern, mengatakan bahwa tasawuf ialah membersihkan hati dari sifat yang menyamai binatang dan melepaskan akhlak yang fitri, menekan sifat basyariah ( kemanusiaan ), menjauhi hawa nafsu, memberikan tempat bagi kerohanian, berpegang pada ilmu kebenaran, mengamalkan sesuatu yang lebih utama atas dasar keabadiannya, memberi nasihat kepada umat, benar-benar menepati janji terhadap Allah SWT, dan mengikuti syari’at Rasulullah SAW.
4.      Abu Qasim Abdul Kari mal-Qusyairi memberikan definisi bahwa tasawuf ialah menjabarkan ajaran-ajaran al-Qur’an dan sunah, berjuang mengendalikan nafsu, menjauhi perbuatan bid’ah, mengendalikan syahwat, dan menghindari sikap meringan-ringankan ibadah.
5.      Abu Yazid al-Bustami secara lebih luas mengatakan bahwa arti tasawuf mencakup tiga aspek, yaitu kha ( melepaskan diri dari perangai yang tercela ),ha ( menghiasi diri dengan akhlak yang terpuji ) dan jim ( mendekatkan diri kepada Tuhan).
C.      PANDANGAN  PARA TOKOH ORIENTALIS TERHADAP TASAWUF
Para ahli berbeda pendapat tentang asal sumber Tasawuf. Pertama, kelompok yang menganggap bahwa Tasawuf berasal dari sumber Persia dan Majusi, seperti yang disampaikan Dozy dan Thoulk. Alasannya, sejumlah besar orang-orang Majusi di Iran utara tetap memeluk agama mereka setelah penaklukan Islam dan banyak tokoh sufi yang berasal dari daerah Khurasan. Di samping itu, sebagian pendiri aliran-aliran sufi berasal dari keturunan orang Majusi, seperti Ma`ruf al-Kharki dan Bayazid Busthami.
Kedua, kelompok yang beranggapan bahwa Tasawuf berasal dari sumber-sumber Kristen, seperti dikatakan Von Kramer, Ignaz Goldziher, Nicholson, Asin Palacios dan O'lery. Alasannya, (1) adanya interaksi antara orang-orang Arab dan kaum Nasrani pada masa jahiliyah maupun zaman Islam; (2) adanya segi-segi kesamaan antara kehidupan para Sufi, dalam soal ajaran, tata cara melatih jiwa (riyadlah) dan mengasingkan diri (khalwat), dengan kehidupan Yesus dan ajarannya, juga dengan para rahib dalam soal pakaian dan cara bersembahyang.
Ketiga, kelompok yang beranggapan bahwa Tasawuf ditimba dari India, seperti pendapat Horten dan Hartman. Alasannya, kemunculan dan penyebaran irfan (tasawuf) pertama kali adalah di Khurasan, kebanyakan dari para sufi angkatan pertama bukan dari kalangan Arab, seperti Ibrahim ibn Adham , Syaqiq al-Balkh dan Yahya ibn Muadz. Pada masa sebelum Islam, Turkistan adalah pusat agama dan kebudayaan Timur serta Barat. Mereka memberi warna mistisisme lama ketika memeluk Islam. Konsep dan metode tasauf seperti keluasan hati dan pemakaian tasbih adalah praktek-praktek dari India.
Keempat, kelompok yang menganggap Tasawuf berasal dari sumber-sumber Yunani, khususnya Neo-Platonisme dan Hermes, seperti disampaikan O'leary dan Nicholson. Alasannya, ‘Theologi Aristoteles' yang merupakan paduan antara sistem Porphiry dan Proclus telah dikenal baik dalam filsafat Islam. Kenyataannya, Dzun al-Nun al-Misri (796-861 M), seorang tokoh sufisme dikenal sebagai filosof dan pengikut sains Hellenistik.
Jabiri agaknya termasuk kelompok ini. Menurutnya, Tasawuf diadopsi dari ajaran Hermes, sedang pengambilan dari teks-teks Al-Qur`an lebih dikarenakan tendensi politik. Sebagai contoh, istilah maqamat yang secara lafzi dan maknawi diambil dari Al-Qur`an (QS.Al-Fusilat 164), identik dengan konsep Hermes tentang mi`raj, yakni kenaikan jiwa manusia setelah berpisah dengan raga untuk menyatu dengan Tuhan. Memang ada kata maqamat dalam Al-Qur`an tetapi dimaksudkan sebagai ungkapan tentang pelaksanaan hak-hak Tuhan dengan segenap usaha dan niat yang benar, bukan dalam arti tingkatan atau tahapan seperti dalam istilah al-Hujwiri.
D.     Pendapat Para Tokoh Orientalis
Banyak para tokoh orientalis yang berselisih pandangan terhadap tasawuf diantaranya:
1.     Nicholson
“Selama ini timbulnya tasawuf islam telah dibahas dengan cara yang salah. Akibatnya, banyak peneliti yang mengatakan bahwa hidup dan kekuatanya berasal dari semua bangsa dan golongan yang membentuk suatu kerajaan islam, yang memungkinkan penafsiran pertumbuhanya dengan penafsiran ilmiah yang cermat dengan pengembalianya pada satu asal, seperti Wedanata Hindu, atau Neo-Platonisme, atau menetapkan pemikiran dari sebagian hakikat yang bukan sepenuh hakikat”
2.     Louis Masignom
Meskipun materi tasawuf islam adalah Arab yasng asli, ada baiknya bila kami dapat mengetahui kebaikan pengaruh islam yang dimasukkan kedalamnya dan tumbuh dalam lingkunganya”
E.      PENUTUP
Dengan penjelasan dan keterangan mulai dari definisi tentang orientalis dan tasawuf disertai dengan pendapat orientalis terhadap tasawuf itu sendiri maka kita sebagai umat islam harus selalu menjaga dan mempertahankan apa yang kita miliki dan selalu hati-hati terhadap kejahatan yang dilakukan oleh orang-orang orientalis baik itu kejahatan melalui pemikiran, politik dan ekonomi.
Kesimpulan:
1.      Orientalis adalah ilmuwan yang mendalami bahasa-bahasa, kesusastraan, agama, sejarah, adat istiadat, dan ilmu-ilmu dunia timur. 
2.      Tasawuf ialah membersihkan hati dari sifat yang menyamai binatang dan melepaskan akhlak yang fitri, menekan sifat basyariah ( kemanusiaan ), menjauhi hawa nafsu, memberikan tempat bagi kerohanian, berpegang pada ilmu kebenaran, mengamalkan sesuatu yang lebih utama atas dasar keabadiannya, memberi nasihat kepada umat, benar-benar menepati janji terhadap Allah SWT, dan mengikuti syari’at Rasulullah SAW.
3.      Pandangan orientalis terhadap tasawuf ada yang beranggapan bahwa Tasawuf ditimba dari India, Kristen, Tasawuf berasal dari sumber-sumber Yunani, Tasawuf berasal dari sumber Persia dan Majusi
 DAFTAR PUSTAKA
As-Siba’ie, Musthafa. 1983. Akar-Akar Orientalisme. Surabaya: PT. Bina Ilmu.
Badawi, Abdurrahman. 2003. Ensiklopedi Tokoh Orientalis. Jogyakarta: LKIS
http://mamanferdinant.blogspot.com/2011/09/pandangan-orientalis-tentang-sumber.html
http://kawulagusti.wordpress.com/2010/11/16/ilmu-tasawuf-2/
http://www.surgamakalah.com/2011/08/orientalisme-vs-islam-pengertian-dan.html
Jakub, Ismail. 1983. Orientalisme dan Orientalis, Surabaya: Faizan
Maufur, Mutolah. 1995. Orientalisme Serbuan Ideologis dan Intelektual, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,








Tidak ada komentar:

Posting Komentar