A. Pendahuluan
Seiring dengan munculnya kritik-kritik tajam
terhadap tasawuf yang menimbulkan ketegangan didalam dunia pemikiran islam,
nampakya sudah timbul berbagai argumentasi tentang, apakah tasawuf benar-benar
ilmu keislaman atau ia hanya sekedar pengislamisasian unsur-unsur non-islam?
Kontroversi pendapat itu bermula sejak tampilnya tasawuf falsafati dan semakin
dipertajam kemudian dengan masuknya pendapat orientalis, yang secara
generalisasi mengatakan, bahwa tasawuf bersumber dari luar islam. Mereka yang
menyatakan tasawuf diluar islam bersumber dari luar islam, apakah dari Persia,
Hindu, Nashrani, filsafat Yunani dan atau dari sumber lainya, atau juga
mendasarkan pendapatnya hanya karena adanya kesamaan tipologinya belaka.
Pendapat yang demikian nampaknya tidak jujur dan tidak obyektif. Sebab tidak
ada satu paradigma keilmuan yang memastikan, bahwa setiap yang sama atau yang
mirip adalah karena terjadi saling pengaruh atau karena plagiat.untuk adanya
dibenarkan adanya hubungan interaksi historis antara satu nilai dengan nilai
lainya, haruslah dapat dibuktikan dengan adanya kontak yang riel antara
keduanya.
Sedangkan keserupaan atau kemiripan bukanlah
suatu bukti yang riel. Alangkah banyaknya suatu bentuk-bentuk keserupaan di
alam semesta ini, padahal satu sama lainya tidak ada hubungan, baik dalam
kesejarahan ataupun substansinya. Alasan lain yang mereka kemukakan dalah,
bahwa tokoh-tokoh sufi kebanyakan dari Persia yang asalnya beragama Majusi atau
bengsa lain yang tadinya beragama Kristen. Argumen ini pun sangat lemah dan
goyah, mengingat bahwa cikal bakal tasawuf lahir dari jazirah Arab dan dari
bangsa Arab itu sendiri. Memang satu hal yang jelas, bahwa tasawuf merupakan
masalah yang sangat kompleks karena ia termasuk dalam jajaran mistisisme,
sehingga hampir tidak bisa diberi jawaban yang sangat memuaskan semua pihak.
Akan tetapi sepanjang penelitian penulis, dapat dipastiakn bahwa sumber awal
dan asas tasawuf adalah islam, sehingga ia digolongkan salah satu aspe
kebudayaan islam yang khas. Oleh karena itu para orientalis banyak mempelajari
tentang apa dan bagaimana ilmu tasawuf, sejarah tasawuf dan apa saja pendapat
dari para tokoh orientalis terhadap tasawuf
B.
DEFINISI
a.
Orientalis
Dari segi bahasa, orientalisme dan orientalis berasal dari
kata orient yang mengandung arti timur/asia timur. Sedang oriental
mengandung arti orang timur/Asia dan timur. Sumber lain menyebutkan,
orientalisme berasal dari bahasa Prancis orient yang berarti timur atau
bersifat timur, dan isme berarti paham, ajaran, cita-cita, atau sikap.
Dalam literatur Arab, orient atau oriental digunakan kata شرق artinya timur.
Sedang bentuk kata استشراق berasal dari kata شرق yang mendapat
tambahan huruf alif, sien dan ta’, mengandung arti menuntut/mencari timur.
Menuntut timur tidak maksud lain kecuali belajar ilmu-ilmu timur, sastra,
bahasa dan agamanya.
Dalam bahasa Latin, orient bermakna belajar atau mempelajari
sesuatu, menurut bahasa Prancis kata orienter berarti arahan, petunjuk dan
bimbingan, Sedangkan menurut bahasa inggeris orientation mengandung arti
bimbingan atau yang berkaitan dengan bidang moral, masyarakat, pemikiran, atau
bimbingan kepribadian dalam pemikiran atau spiritual. Oleh karena itu, tahun
pertama sebagian perguruan tinggi disebut tahap orientasi. Dan, dalam bahasa
Jerman, Sich Orientern bermakna mengumpulkan ilmu dan pengetahuan.
Menurut istilah, orientais mengandung arti orang yang
mengetahui sebagian bahasa-bahasa timur, definisi inilah yang diyakini oleh
Arberry tahun 1638 (seorang anggota persekutuan gereja-gereja timur), Anthony
Wood tahun 1691, Samuel Clarke. Di tempat lain, Arberry yakin, sesuai dengan
Oxpord Dictionary, orientalis adalah orang yang mengetahui bahasa-bahasa dan
sastra timur Sumber lain menyebutkan, orientalis adalah ilmuwan yang mendalami
bahasa-bahasa, kesusastraan, agama, sejarah, adat istiadat, dan ilmu-ilmu dunia
timur.
Dunia timur yang dimaksud disini adalah wilayah yang
terbentang dari Timur Dekat sampai Timur Jauh dan Negara-Negara yang berada di
Afrika Utara. Istilah barat dalam makalah ini, mengandung arti paham orientalis
plus missionaris bukan barat dalam arti lawan timur secara geografis, tetapi
sebuah paham yang tidak dapat melepaskan diri dari keyahudian, kekristenan atau
keturunan etnis mereka ketika menulis tentang Arab dan Islam. Karena baik barat
maupun timur secara geografis adalah dunia makhluk Tuhan juga sebagai mana
manusia,hewan dan tumbuh-tumbuhan lainnya
b.
Tasawuf
Sedikit mengulas tentang pengertian tasawuf, ada beberapa pendapat
tentang asal-usul kata tasawuf. Ada yang mengatakan bahwa tasawuf berasal dari
kata safa’, artinya suci, bersih atau murni. Karena memang, jika dilihat
dari segi niat maupun tujuan dari setiap tindakan dan ibadah kaum sufi, maka
jelas bahwa semua itu dilakukan dengan niat suci untuk membersihkan jiwa dalam
mengabdi kepada Allah SWT.
Ada lagi yang mengatakan tasawuf berasal dari katasaff,
artinya saff atau baris. Dinamakan sebagai para sufi, karena berada pada baris ( saff ) pertama di depan Allah, karena besarnya keinginan mereka akan Dia dan kecenderungan hati mereka terhadap- Nya.
Ada pula yang mengatakan bahwa tasawuf berasal dari katasuffah
atau suffah al Masjid, artinya serambi mesjid. Istilah ini dihubungkan
dengan suatu tempat di Mesjid Nabawi yang didiami oleh sekelompok para sahabat
Nabi yang sangat fakir dan tidak mempunyai tempat tinggal. Mereka dikenal
sebagai ahli suffah. Mereka adalah orang yang menyediakan waktunya untuk
berjihad dan berdakwah serta meninggalkan usaha-usaha duniawi. Jelasnya, mereka
dinamakan sufi karena sifat-sifat mereka menyamai sifat orang-orang yang
tinggal di serambi mesjid ( suffah ) yang hidup pada masa nabi SAW.
Sementara pendapat lain mengatakan bahwa tasawuf berasal dari
katasuf, yaitu bulu domba atau wol. Hal ini karena mereka ( para sufi ) tidak memakai pakaian yang halus disentuh atau indah dipandang,
untuk menyenangkan dan menenteramkan jiwa. Mereka memakai pakaian yang hanya
untuk menutupi aurat dengan bahan yang terbuat dari kain wol kasar (suf ).
Pendapat para sufi tentang tasawuf:
1.
Bisyri bin Haris mengatakan bahwa sufi ialah
orang yang suci hatinya menghadap Allah SWT.
2.
Sahl at-Tustari mengatakan bahwa sufi ialah orang yang bersih
dari kekeruhan, penuh dengan
renungan, putus hubungan dengan manusia dalam menghadap Allah SWT, dan
baginya tiada beda antara harga emas dan
pasir.
3.
Al-Junaid al-Bagdadi ( 289
H ), tokoh sufi modern, mengatakan bahwa tasawuf ialah membersihkan hati dari
sifat yang menyamai binatang dan melepaskan akhlak yang fitri, menekan sifat basyariah
( kemanusiaan ), menjauhi hawa nafsu, memberikan tempat bagi kerohanian,
berpegang pada ilmu kebenaran, mengamalkan sesuatu yang lebih utama atas dasar
keabadiannya, memberi nasihat kepada umat, benar-benar menepati janji terhadap
Allah SWT, dan mengikuti syari’at Rasulullah SAW.
4.
Abu Qasim Abdul Kari
mal-Qusyairi memberikan definisi bahwa tasawuf ialah menjabarkan ajaran-ajaran
al-Qur’an dan sunah, berjuang mengendalikan nafsu, menjauhi perbuatan bid’ah,
mengendalikan syahwat, dan menghindari sikap meringan-ringankan ibadah.
5.
Abu Yazid al-Bustami secara
lebih luas mengatakan bahwa arti tasawuf mencakup tiga aspek, yaitu kha (
melepaskan diri dari perangai yang tercela ),ha ( menghiasi diri dengan akhlak
yang terpuji ) dan jim ( mendekatkan diri kepada Tuhan).
C.
PANDANGAN PARA TOKOH
ORIENTALIS TERHADAP TASAWUF
Para ahli berbeda pendapat tentang asal sumber
Tasawuf. Pertama, kelompok yang menganggap bahwa Tasawuf berasal dari sumber
Persia dan Majusi, seperti yang disampaikan Dozy dan Thoulk. Alasannya,
sejumlah besar orang-orang Majusi di Iran utara tetap memeluk agama mereka
setelah penaklukan Islam dan banyak tokoh sufi yang berasal dari daerah
Khurasan. Di samping itu, sebagian pendiri aliran-aliran sufi berasal dari
keturunan orang Majusi, seperti Ma`ruf al-Kharki dan Bayazid Busthami.
Kedua, kelompok yang beranggapan bahwa Tasawuf berasal dari
sumber-sumber Kristen, seperti dikatakan Von Kramer, Ignaz Goldziher,
Nicholson, Asin Palacios dan O'lery. Alasannya, (1) adanya interaksi antara
orang-orang Arab dan kaum Nasrani pada masa jahiliyah maupun zaman Islam; (2)
adanya segi-segi kesamaan antara kehidupan para Sufi, dalam soal ajaran, tata
cara melatih jiwa (riyadlah) dan mengasingkan diri (khalwat), dengan kehidupan
Yesus dan ajarannya, juga dengan para rahib dalam soal pakaian dan cara
bersembahyang.
Ketiga, kelompok yang beranggapan bahwa Tasawuf ditimba dari
India, seperti pendapat Horten dan Hartman. Alasannya, kemunculan dan
penyebaran irfan (tasawuf) pertama kali adalah di Khurasan, kebanyakan dari
para sufi angkatan pertama bukan dari kalangan Arab, seperti Ibrahim ibn Adham
, Syaqiq al-Balkh dan Yahya ibn Muadz. Pada masa sebelum Islam, Turkistan
adalah pusat agama dan kebudayaan Timur serta Barat. Mereka memberi warna
mistisisme lama ketika memeluk Islam. Konsep dan metode tasauf seperti keluasan
hati dan pemakaian tasbih adalah praktek-praktek dari India.
Keempat, kelompok yang menganggap Tasawuf berasal dari
sumber-sumber Yunani, khususnya Neo-Platonisme dan Hermes, seperti disampaikan
O'leary dan Nicholson. Alasannya, ‘Theologi Aristoteles' yang merupakan paduan
antara sistem Porphiry dan Proclus telah dikenal baik dalam filsafat Islam.
Kenyataannya, Dzun al-Nun al-Misri (796-861 M), seorang tokoh sufisme dikenal
sebagai filosof dan pengikut sains Hellenistik.
Jabiri agaknya termasuk kelompok ini. Menurutnya, Tasawuf diadopsi
dari ajaran Hermes, sedang pengambilan dari teks-teks Al-Qur`an lebih
dikarenakan tendensi politik. Sebagai contoh, istilah maqamat yang secara lafzi
dan maknawi diambil dari Al-Qur`an (QS.Al-Fusilat 164), identik dengan konsep
Hermes tentang mi`raj, yakni kenaikan jiwa manusia setelah berpisah dengan raga
untuk menyatu dengan Tuhan. Memang ada kata maqamat dalam Al-Qur`an
tetapi dimaksudkan sebagai ungkapan tentang pelaksanaan hak-hak Tuhan dengan
segenap usaha dan niat yang benar, bukan dalam arti tingkatan atau tahapan
seperti dalam istilah al-Hujwiri.
D. Pendapat Para Tokoh
Orientalis
Banyak para
tokoh orientalis yang berselisih pandangan terhadap tasawuf diantaranya:
1. Nicholson
“Selama ini
timbulnya tasawuf islam telah dibahas dengan cara yang salah. Akibatnya, banyak
peneliti yang mengatakan bahwa hidup dan kekuatanya berasal dari semua bangsa
dan golongan yang membentuk suatu kerajaan islam, yang memungkinkan penafsiran
pertumbuhanya dengan penafsiran ilmiah yang cermat dengan pengembalianya pada
satu asal, seperti Wedanata Hindu, atau Neo-Platonisme, atau menetapkan
pemikiran dari sebagian hakikat yang bukan sepenuh hakikat”
2. Louis Masignom
“Meskipun materi tasawuf islam adalah Arab yasng asli, ada
baiknya bila kami dapat mengetahui kebaikan pengaruh islam yang dimasukkan
kedalamnya dan tumbuh dalam lingkunganya”
E. PENUTUP
Dengan penjelasan dan keterangan mulai dari definisi tentang
orientalis dan tasawuf disertai dengan pendapat orientalis terhadap tasawuf itu
sendiri maka kita sebagai umat islam harus selalu menjaga dan mempertahankan
apa yang kita miliki dan selalu hati-hati terhadap kejahatan yang dilakukan
oleh orang-orang orientalis baik itu kejahatan melalui pemikiran, politik dan
ekonomi.
Kesimpulan:
1. Orientalis adalah ilmuwan yang mendalami bahasa-bahasa,
kesusastraan, agama, sejarah, adat istiadat, dan ilmu-ilmu dunia timur.
2.
Tasawuf ialah membersihkan
hati dari sifat yang menyamai binatang dan melepaskan akhlak yang fitri,
menekan sifat basyariah ( kemanusiaan ), menjauhi hawa nafsu, memberikan tempat
bagi kerohanian, berpegang pada ilmu kebenaran, mengamalkan sesuatu yang lebih
utama atas dasar keabadiannya, memberi nasihat kepada umat, benar-benar
menepati janji terhadap Allah SWT, dan mengikuti syari’at Rasulullah SAW.
3. Pandangan orientalis terhadap tasawuf ada yang beranggapan bahwa Tasawuf ditimba dari India,
Kristen, Tasawuf berasal dari sumber-sumber Yunani, Tasawuf berasal dari sumber
Persia dan Majusi
DAFTAR PUSTAKA
As-Siba’ie, Musthafa. 1983.
Akar-Akar Orientalisme. Surabaya: PT. Bina Ilmu.
Badawi, Abdurrahman. 2003. Ensiklopedi
Tokoh Orientalis. Jogyakarta: LKIS
http://mamanferdinant.blogspot.com/2011/09/pandangan-orientalis-tentang-sumber.html
http://kawulagusti.wordpress.com/2010/11/16/ilmu-tasawuf-2/
http://www.surgamakalah.com/2011/08/orientalisme-vs-islam-pengertian-dan.html
Jakub, Ismail. 1983.
Orientalisme dan Orientalis, Surabaya: Faizan
Maufur, Mutolah. 1995. Orientalisme
Serbuan Ideologis dan Intelektual, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar